Optimalisasi Dakwah Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern terbesar di Indonesia, kalau tidak salah bahkan di dunia. Buah perjuangannya selama ini tidak perlu diragukan lagi. Muhammadiyah telah mampu membangkitkan bukan hanya nasionalisme, tetapi juga pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.

Amal sosial Muhammadiyah telah membawa umat Islam dan bangsa ini ke derajat yang tidak terbayangkan sebelumnya. Lebih lagi bila melihat sumbangan kader Muhammadiyah. Perjuangan, dakwah, dan amal sosial kader Muhammadiyah memberikan corak dan warna dalam perkembangan keislaman, sosial pendidikan, dan kesejahteraan umat dan bangsa.


Mari kita perhatikan sebentar database Amal Usaha Muhammadiyah yang saya ambil dari http://www.muhammadiyah.or.id/

No
Jenis Amal Usaha
Jumlah
1
TK/TPQ
4.623
2
Sekolah Dasar (SD)/MI
2.604
3
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs
1.772
4
Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA
1.143
5
Pondok Pesantren
67
 6
Jumlah total Perguruan tinggi Muhammadiyah
172
7
Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll
457
8
Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll.
318
9
Panti jompo *
54
10
Rehabilitasi Cacat *
82
11
Sekolah Luar Biasa (SLB) *
71
12
Masjid *
6.118
13
Musholla *
5.080
14
Tanah *
20.945.504   

Berdasarkan database diatas kita bisa melihat secara detail amal usaha Muhammadiyah yang sudah diraih oleh Muhammadiyah. Amal usaha Muhammadiyah ini dikelola dengan baik dan tentu sangat jauh lebih maju dibandingkan dengan organisasi-organisasi Islam yang lain di Indonesia. Menurut EM. Sangadji, M.Si yang merupakan aktivis Muhammadiyah Kota Malang, beliau menyebutkan bahwa kesuksesan Muhammadiyah dalam amal usahanya karena pengelolaan Muhammadiyah seperti sebuah negara.

Di sana ada departemen pendidikan tinggi, departemen pendidikan dasar dan menengah yang sekarang ditiru pemerintah Republik Indonesia. Ada departemen kesehatan, departemen tabligh, departemen tarjih, departemen Ekonomi dan pemberdayaan Umat, dan masih banyak departemen-departemen lain, Mulai dari Pimpinan Pusat sampai ranting. Semua amal usaha itu dibina oleh departemen-departemen ini. Ada amal usaha yang ditangani langsung oleh pimpinan pusat Muhammadiyah seperti pendidikan tinggi, tapi ada pula yang dibina pimpinan wilayah seperti rumah sakit. ada yang dibina Pimpinan daerah seperti Panti asuhan dan sekolah menengah. Kemudian ada yang dibina pimpinan cabang seperti sekolah dasar (SD). Jadi pola rekrutmen, pola pembinaan manajemen, audit keuangan dan lain lain sudah tertata dengan baik dan jangan lupa semua waqaf yang masuk Muhammadiyah itu diatasnamakan persyarikatan bukan atas nama pribadi.

Ada sisi lain dari Jamaah Muhammadiyah yang benar-benar paham ideologi Muhammadiyah yaitu “memberi lebih baik dari pada menerima” atau “tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.” Sehingga jangan heran para pelopor dan Penggerak Muhammadiyah mewaqafkan harta bendanya untuk dakwah melalui Persyarikatan Muhammadiyah itu adalah menjadi sesuatu hal yang biasa.

Yang menjadi permasalahan sekarang menurut saya adalah, jika maksud dan tujuan Muhammadiyah berdasarkan Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 6 adalah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, maka apakah amal usaha milik Muhammadiyah ini sudah mengantarkan masyarakat Islam menjadi masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau belum? Atau kalaupun bukan masyarakat Islam secara luas, mari kita persempit saja kepada kader Muhammadiyah, apakah kader Muhammadiyah ini sudah menjiwai atau hanya mencari kehidupan di Muhammadiyah?

Saya teringat kembali ketika saya membaca Majalah Suara Muhammadiyah yang Alhamdulillah selalu memberikan kabar persyarikatan Muhammadiyah ini. Pada Sajian Utama Edisi No. 09 TH KE-100 tanggal 1-15 Mei 2015. Menurut Bapak Aziz Muslim, Ketua Pendidikan Kader PWM Kaltim menyebutkan, Muhammadiyah adalah organisasi yang besar. Makin besarnya Muhammadiyah tentu semakin membutuhkan banyak kader. Kebutuhan Muhammadiyah yang besar akan kader ini terkadang belum semua terpenuhi.

Bukan berarti Muhammadiyah itu kekurangan kader, akan tetapi kader-kader yang ada terkadang belum bisa berbuat banyak dan cenderung merasa memiliki Muhammadiyah. Akibatnya kader-kader seperti ini hanya mau ber-Muhammadiyah jika diberi jabatan atau terkadang justru mereka saling berebut mendapatkan posisi tertentu di Amal Usaha Muhammadiyah.

Mengapa Muhammadiyah yang besar ini hanya mampu menciptakan kader-kader dengan kualitas militan yang rendah? Banyak sekolah mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang mampu mengantarkan anak didiknya kepada prestasi-prestasi yang membanggakan, bahkan mengantarkan mereka menjadi manusia intelek, berpengetahuan luas, dan berilmu tinggi. Tetapi ketika mereka lulus dari lembaga itu, sumbangsih mereka terhadap persyarikatan minim bahkan bisa dikatakan nol. Mengapa terjadi demikian?

Karena lembaga pendidikan Muhammadiyah tidak menempatkan dirinya sebagai tempat kaderisasi Persyarikatan. Kebanyakan lembaga itu hanya menjual pengetahuan.

Akibatnya, amal usaha Muhammadiyah belum bisa optimal dalam membibit kader sebagai pelanjut tujuan Muhammadiyah. Amal usaha Muhammadiyah hanya dijadikan sebagai sarana atau bahkan sebagai batu loncatan untuk mencapai kesuksesan masing-masing pribadi saja. Bagaimana tujuan Muhammadiyah bisa tercapai jika kadernya saja tidak bisa menghayati dan menjiwai?

Setelah muncul banyak sekali pertanyaan, saya hanya akan memfokuskan pada dua permasalahan saja. Masalah yang pertama adalah dalam diri Muhammadiyah sendiri (internal) yaitu bagaimana caranya menjadikan kader Muhammadiyah menjadi kader yang militan. Kedua, masalah di luar Muhammadiyah, bagaimana Muhammadiyah bisa diterima oleh masyarakat umum sehingga Muhammadiyah bisa mewujudkan cita-cita menjadikan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

1. Menjadikan Kader Muhammadiyah yang Militan
Beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke Bp. Rohmat, salah seorang anggota dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah di Mayong, Jepara, menurut beliau ada beberapa cara agar kader Muhammadiyah menjadi kader yang militan, antara lain:

a. Menciptakan kader dari nol
“Menikahlah dengan perempuan yang subur dan penuh kasih sayang. Sesungguhnya pada hari kiamat aku akan membanggakan kalian di antara para Nabi”. (HR. Ahmad)

Kader Muhammadiyah harus diciptakan dari sejak bayi, ini artinya kader Muhammadiyah dilahirkan dari orang tua yang memiliki prinsip Muhammadiyah. Dari latar belakang Muhammadiyah inilah nantinya pendidikan anak akan terarah dan ketika nanti sudah saatnya, anak akan menjadi kader Muhammadiyah yang paham betul hakikat Muhammadiyah. 

Mengenai jumlah, Bp. Rohmat menyarankan untuk memiliki jumlah anak yang banyak bagi keluarga Muhammadiyah. Bisa kita lihat misal dari satu keluarga Muhammadiyah memiliki jumlah anak 5, maka tentu akan menjadi berlipat kader yang militan berasal dari keluarga Muhammadiyah di Indonesia ini. Tapi sayang sekali, di daerah saya sendiri saja banyak dari keluarga yang berkecimpung di amal usaha Muhammadiyah tapi malu menyekolahkan anaknya di Muhammadiyah. Ironis sekali… Entah kalau di daerah lain, saya tidak tahu.

Bagaimana kita mau menciptakan kader Muhammadiyah yang militan, jika tidak kita mulai dari diri kita sendiri, dari keluarga-keluarga Muhammadiyah. Semoga hal ini bisa menjadikan introspeksi bagi kita semua.

b. Menikah dengan perempuan dari organisasi Muhammadiyah
“Sesungguhnya perempuan dinikahi karena agamanya, hartanya dan kecantikannya. Pilihlah berdasarkan agamanya, maka kamu akan beruntung”. (HR. Ahmad, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa’i)
Kalau Rasulullah SAW menyuruh pemuda untuk melihat agama seorang perempuan dulu ketika memutuskan untuk menikah, maka Bp. Rohmat ini memberikan penjelasan lebih rinci ketika seorang pemuda memutuskan untuk menikah. Beliau menyarankan kepada aktivis atau kader Muhammadiyah menikah dengan gadis/perempuan yang juga memiliki idealisme yang sama yaitu Muhammadiyah.

Menurut beliau, banyak sekali pasangan suami istri yang awalnya Muhammadiyah tapi setelah menikah memutuskan untuk berpindah organisasi karena salah satu dari mereka memiliki idealisme yang berbeda dengan Muhammadiyah. 

Dari pasangan Muhammadiyah inilah nantinya keluarga akan terbina dengan baik karena mereka memiliki tujuan yang jelas dan tidak saling berbeda pendapat. Dari pasangan Muhammadiyah inilah nantinya akan lahir kader-kader yang terbina sejak lahir. Maka, bagi pemuda-pemuda Muhammadiyah silahkan memilih calon istri dari organisasi yang ada di Muhammadiyah. Mudahnya, Immawan bisa menikah dengan Immawati tak perlu melirik-lirik yang lain. Tapi, jangan pacaran…

c. Pendidikan agama yang kuat
Barang siapa yang Allah mengehendaki kebaikan padanya, maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya”. (HR. Bukhari, Muslim)

“sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewarikan ilmu. Barang siapa yang mengikutinya, maka ia telah mengambil langkah yang benar”. (HR. Abu Daud)

Mari kita lihat kembali database Amal Usaha Muhammadiyah diatas. Dari jumlah amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah, ternyata Pondok Pesantren Muhammadiyah memiliki angka yang boleh saya bilang sangat sedikit jika dibanding dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia. Walaupun mungkin sekarang jumlahnya sudah bertambah karena saya sendiri tidak menemukan itu database tahun berapa. Saya berdoa semoga pondok pesantren-pondok pesantren Muhammadiyah bertambah jumlahnya.

Penanaman agama yang kuat kepada anak yang dilahirkan dari keluarga Muhammadiyah akan menjadi tolok ukur bagaimana nanti kader Muhammadiyah akan berjuang. Hal inilah nantinya yang akan menentukan apakah seorang kader itu akan menghidup-hidupi Muhammadiyah atau mencari kehidupan di Muhammadiyah.

Lagi-lagi saya harus mengelus dada karena ternyata ketika di daerah saya, banyak orang tua yang bekerja di amal usaha Muhammadiyah tapi tidak mempercayakan anaknya untuk disekolahkan di Muhammadiyah. Selain itu, ternyata ada yang masih beranggapan bahwa menempuh sekolah pada bidang agama itu susah untuk sukses dalam berkarir. Akhirnya mereka lebih memilih bidang yang lain untuk anaknya.

Padahal kader yang memiliki pengetahuan agama yang benar sekarang ini sedang sangat dibutuhkan oleh Muhammadiyah, jika ingin Muhammadiyah tidak dipegang oleh orang-orang yang nantinya akan membuat ideologi Muhammadiyah menjadi menyimpang. Maka Pondok pesantren-pondok pesantren Muhammadiyah memiliki peran yang sangat penting dalam menelurkan kader-kader Muhammadiyah setelah keluarga.

2. Menjadikan Muhammadiyah Organisasi yang dicintai
Saya rindu sekali dengan bagaimana Bp. AR Fachruddin menyampaikan dakwah Muhammadiyah kepada masyarakat walaupun saya hanya mengetahui beliau dari membaca di media dan tidak pernah bertemu secara langsung. Tapi, cara beliau berdakwah seharusnya bisa dijadikan sebagai teladan oleh Muhammadiyah agar Muhammadiyah bisa diterima oleh semua kalangan.

Sekolah-sekolah Muhammadiyah, rumah sakit-rumah sakit Muhammadiyah, dan amal usaha Muhammadiyah yang lain yang berhadapan langsung dengan masyarakat umum sudah seharusnya bisa menjadikan amal usaha mereka sebagai ladang untuk berdakwah. Jangan sampai masyarakat yang sekolah di Muhammadiyah atau yang berobat di Muhammadiyah tidak mendapatkan sentuhan dakwah. Akhirnya, ketika mereka sudah tidak sekolah di Muhammadiyah atau keluar dari Rumah Sakit tidak ada bekas dari dakwah Muhammadiyah yang menempel di hati mereka.

Juga, saya selalu teringat ketika penentuan awal Ramadhan yang ternyata Muhammadiyah menggunakan metode hisab kemudian menentukan awal puasa yang berbeda dengan pemerintah. Kadang, walaupun ini bisa diterima tapi malah menjadikan orang-orang bersikap antipati terhadap Muhammadiyah. Apalagi kalau saya melihat keluarga saya yang hanya satu-satunya keluarga yang memulai awal puasa berbeda dalam satu desa, tantangan yang sebenarnya biasa tapi ternyata memang tidak semudah yang saya bayangkan.

a. Muhammadiyah Harus dirawat
Ibarat iman yang bisa bertambah dan bisa berkurang, maka iman harus  terus dirawat dengan ketaatan. Begitu juga dengan Muhammadiyah, perawatan kepada Muhammadiyah harus terus dilakukan agar Muhammadiyah tidak menjadi lapuk dan rapuh. Kuantitas Muhammadiyah yang semakin bertambah harus juga diiringi dengan kualitas yang semakin baik. Jangan sampai terlihat besar pada amal usahanya tapi kering dari dakwah sehingga melupakan tujuan utama menjadikan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Maka, mari kita jadikan Muhammadiyah yang merupakan organisasi Islam terbesar ini kembali kepada fitrahnya dengan terus merawat diri.

b. Muhammadiyah Harus Merakyat
Walaupun banyak masyarakat yang memanfaatkan amal usaha Muhammadiyah seperti sekolah dan rumah sakit Muhammadiyah, tapi ternyata banyak juga yang masih belum bisa menerima kehadiran Muhammadiyah. Hal ini terjadi karena mungkin pembawaan Muhammadiyah yang belum bisa diterima oleh masyarakat umum. Kadang sesuatu yang benar tidak bisa diterima oleh masyarakat karena caranya yang belum tepat.

Maka hal ini adalah pekerjaan rumah bagi Muhammadiyah agar bisa diterima oleh masyarakat yang nantinya tidak hanya memanfaatkan amal usaha Muhammadiyah tapi juga bisa bermuhammadiyah. Jangan sampai ketika masyarakat mendengar kata Muhammadiyah kemudian mereka menghindar.

c. Mengajak Bukan Mengejek
Masjid-masjid Muhammadiyah sudah saatnya mengundang masyarakat sekitar untuk ikut sholat berjamaah. Pengajian-pengajian Muhammadiyah sudah saatnya mengajak masyarakat luar untuk diajak mengaji, jangan sampai hanya terlalu fokus pada pengajian internal sehingga melupakan dakwah ke luar Muhammadiyah.

Kadang secara tidak langsung kita membanggakan organisasi Muhammadiyah sekaligus mengejek organisasi Islam yang lain, padahal seharusnya kita bisa mengajak kerja sama agar persaudaraan Islam tidak terpecah belah.

d. Memanfaatkan Teknologi sebagai Sarana
Saya mencoba mencari channel Muhammadiyah di Youtube, blog Muhammadiyah di internet, akun-akun dari kader Muhammadiyah di jejaring sosial. Untuk sementara hasil yang saya dapatkan adalah ternyata dakwah Muhammadiyah melalui media internet masih kalah dibanding dengan organisasi Islam yang lain, termasuk para kader Muhammadiyah,  juga saya sendiri.

Saya ambil contoh channel TVMu di Youtube ternyata pelanggan (subscriber)nya masih sangat sedikit begitu juga yang menonton (viewer), banyak blog-blog yang dikelola oleh Pimpinan Cabang sampai Ranting terbengkalai dan lama tidak diupdate, juga akun-akun jejaring sosial milik kader yang isinya jauh sekali dari dakwah Muhammadiyah.

Sudah saatnya Muhammadiyah mengoptimasi akun-akunnya, menghidupkan kembali semangat berdakwah ranting-rantingnya melalui media, dan mengajak kadernya untuk ikut serta berdakwah melalui jejaring sosial. Jika Muhammadiyah berhasil menguasai dakwah melalui teknologi ini, semoga Kementrian Komunikasi dan Informasi tidak lagi harus memblokir situs-situs yang tidak bermanfaat karena yang ada di internet adalah dakwah dari Muhammadiyah.

Semoga persyarikatan Muhammadiyah benar-benar bisa menjadi pencerah bagi kehidupan bangsa Indonesia dan masyarakat Islam dunia pada umumnya sehingga nantinya masyarakat Islam menjadi masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, “baldatun thayyibatun warabbun ghafuur” sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah.

Sumber :

  1. Database Amal Usaha Persyarikatan Muhammadiyah : http://www.muhammadiyah.or.id/content-8-det-amal-usaha.html
  2. Amal usaha Muhammadiyah Lebih maju dari NU : http://www.fimadani.com/mengapa-amal-usaha-muhammadiyah-lebih-maju-dari-nu/
  3. Majalah Suara Muhammadiyah Edisi No. 09 TH ke 100

Postingan terkait:

5 Tanggapan untuk "Optimalisasi Dakwah Muhammadiyah"

  1. muhammadiyah memang organisasi yg besar ya...

    BalasHapus
  2. tapi di kampungku muhammadiyah terkucil, lagipula muhammadiyah biasanya lebih eksis di kota-kota daripada di desa. setahu saya

    BalasHapus
  3. tapi di kampungku muhammadiyah terkucil, lagipula muhammadiyah biasanya lebih eksis di kota-kota daripada di desa. setahu saya

    BalasHapus
  4. Di Jepara ada tp gak begitu kelihatan klo buat acara2

    BalasHapus
  5. Muhammadiyah di Jepara lebih terbuka ya. sekolah dan masjidnya tidak mengeksklusifkan diri. kebetulan anak-anak sekolah di sana. Saya sendiri bukan Muhammadiyah dan bukan NU.

    BalasHapus