Pertama Kali Naik Pesawat Terbang

Sebelum membeli tiket pesawat, aku mencoba searching di internet. Aku membaca pengalaman pertama kali dari orang yang naik pesawat sekaligus menonton video di youtube. Setelah itu, aku coba-coba cari harga tiket pesawat melalui salah satu website yang menyediakan jasa untuk informasi harga tiket pesawat. Tidak cukup sampai disitu, aku hubungi teman-temanku dari luar jawa yang pernah naik pesawat ketika mereka dulu berangkat ke Jawa untuk kuliah. Rasa takut dan khawatir memang membuat aku semakin galau.

Apalagi ketika menanyakan kepada calon istriku tentang opsi menuju ke rumahnya di Riau itu baiknya melalui darat, laut, atau udara. Istriku membebaskan aku mau memilih yang mana, dengan pertimbangan waktu bahwa ketika aku memutuskan perjalanan darat maka bisa ditempuh 3-4 hari, laut bisa satu minggu, sedangkan udara bisa dalam dua sampai tiga jam. Selain itu, uang untuk makan juga menjadi pertimbangan selama perjalanan. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli tiket pesawat agar lebih cepat dan antisipasi yang lain. 

Ini pengalaman pertama kali aku ke luar Jawa, juga pengalaman pertama kali naik pesawat, jadi cita-citaku untuk keliling Indonesia bisa diawali dari sini. Walaupun jika dibandingkan dengan yang lain aku ini sangat ketinggalan. Masak iya sudah usia 30 tahun baru pertama kali naik pesawat dan deg-degan.

Seminggu sebelum berangkat aku membeli tiket pesawat di agen di daerahku, aku sempat mengira aku akan mendapatkan tiket untuk kemudian ditunjukkan kepada petugas ketika nanti aku naik di pesawat. Ternyata aku hanya mendapatkan kode booking untuk ditunjukkan ketika masuk ke terminal bandara dan check in. Aku memutuskan naik pesawat dari Jakarta ke Pekanbaru, bukan dari Semarang. Hal ini karena pertimbangan menghemat dana yang lumayan walaupun waktunya harus sedikit lebih lama.

Berangkat ke Riau....
Aku ajak bapakku untuk menemani perjalanan dan pernikahanku di Riau. Iya, hanya bapak saja yang aku ajak. Perjalanan darat dari kampung ke Jakarta aku tempuh dengan naik bus, aku memutuskan untuk memilih kursi yang paling depan dengan tujuan bisa lihat jalan, tapi setelah naik dan bus berjalan yang aku pikirkan bukan pemandangan indah. Tapi, aku khawatir karena didepanku ini adalah kaca dan tidak ada pelindung sama sekali. Sempat kepikiran bagaimana kalau sampai terjadi kecelakaan. Eaa... bagaimana nanti kalau calon mempelainya kecelakaan, huft.... g aku banget....

Oleh mas penjual tiket untuk booking pesawat, aku dipilihkan jam 11.00 siang. Itu artinya aku bisa chek in maksimal jam 10.00. Nah, aku sampai di Jakarta subuh, dan karena kekhawatiran berlebih itu aku langsung menuju ke Bandara setelah sholat subuh di Masjid depan terminal Kalideres. Aku harus menunggu dari jam 06.00 sampai nantinya aku harus masuk ke terminal untuk check in. Lucunya, aku tak membawa bekal apa-apa sebelum masuk ke bandara.

Di Bandara Soekarno Hatta aku baru tahu ternyata ada penjual asongan. Mereka ini kejar-kejaran sama petugas keamanan bandara. Penjual asongan di Bandara ini berdandan seperti orang yang mau bepergian saja, menggunakan tas ransel dan bersepatu. Mereka menawarkan dagangan kepada calon penumpang yang masih berada diluar, tapi kalau ada petugas keamanan mereka pura-pura jalan atau duduk-duduk santai saja. Pekerjaan yang tak pernah aku duga sebelumnya.

Setelah menunggu lama, tiba saatnya akhirnya aku memutuskan untuk check in. Aku tunjukkan kertas booking tiketku kepada petugas bandara di depan pintu masuk. Kemudian aku check in dengan menunjukkan KTP, sempat takut karena ada penulisan yang salah di nama Bapakku. Di KTP tertulis Abdul Kholik, tapi di booking tertulis Abdul Kholiq. Tapi ternyata ini bukanlah sebuah masalah karena hanya satu huruf yang keliru. Tapi saran saya, pastikan nama anda sesuai dengan KTP untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

Setelah cek sana sini, tibalah saatnya aku menanti pesawat yang akan membawaku ke Pekanbaru. Di ruang tunggu aku sempat khawatir dan bertanya dalam hati, sudah pukul 11.30 tapi ternyata belum ada panggilan untuk naik ke pesawat. Ternyata pesawatnya tertunda, baru pertama kali naik pesawat malah kena delay. Ujian kesabaran sih tapi katanya seperti ini sudah biasa.

Mendarat di Batam
Aku terpaksa menahan rasa lapar dan hausku ketika satu setengah jam berada di atas udara. Ingin rasanya bisa tidur lelap tapi ternyata mataku tak mau terpejam ketika berada di pesawat. Aku ambil majalah yang ada di kursi, tapi bosan sekali mau membacanya. Aku sempat mengabadikan ketika pesawat melakukan take off, aku ambil gambar bapakku yang berada di dalam pesawat sebagai kenang-kenangan. Selain itu, aku tak lupa mengabadikan sayap pesawat dari jendela seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang pernah naik pesawat.

Pesawat memutuskan untuk mendarat di Batam karena kondisi Bandara Sultan Syarif Kasim tidak memungkinkan pesawat untuk mendarat. Kondisi licin karena hujan ini akhirnya menjadikan perjalananku yang dalam bayanganku menyenangkan menjadi semakin membosankan karena aku harus bertambah lama berada di pesawat dan semakin membuat perutku lapar. Mendarat di Batam, aku memutuskan membeli air mineral dari pramugari dengan harga Rp. 15.000 untuk air mineral dengan isi 600 ml. Harganya hampir 4 kali lipat kalau aku beli di warung. ha ha :D

Nyesel banget kalau naik pesawat tidak membawa bekal apa-apa. Jadi, silahkan kalau mau naik pesawat siapkan bekal baik makanan atau minuman. Kecuali kalau memang disediain air dan snack gratis dari pihak pesawatnya sih g masalah. he he

Sampai juga aku di Sumatra
Dari atas pesawat aku bisa melihat Singapura, tapi aku tak tahu arah angin. Aku bisa melihat daratan Sumatra yang rumah penduduknya tidak sepadat Jakarta, bahkan kampung halamanku. Aku lihat pulau-pulau kecil yang sebelumnya hanya bisa aku lihat dari peta. Aku membayangkan betapa memang Indonesia ini adalah negeri yang kaya.

Mendarat di Pekanbaru, aku masih sempat mengabadikan bapakku disamping pesawat, rencananya nanti fotonya mau aku cetak sebagai bukti bahwa bapakku pernah merasakan naik pesawat terbang. Aku dijemput calon mertua dan calon adik iparku. Alhamdulillah kami langsung akrab, tapi aku tidak berani bilang kalau sedang lapar. Oleh calon mertuaku, kami diajak makan di warung dulu sebelum melanjutkan perjalanan menuju rumah calon istriku.

Dua jam perjalanan menyusuri perkebunan Sawit di Riau sampai akhirnya aku sampai di rumah calon istriku ketika waktu sebentar lagi tiba waktu maghrib. Selama perjalanan aku tak sempat mengecek handphone. Padahal biasanya tanganku ini selalu gatal kalau jauh-jauh dari handphone. Aku baru sadar handphoneku tidak ada ketika sudah sampai di rumah calon istriku.

Kenangan bapakku merasakan naik pesawat terbang tak terdokumentasikan dalam gambar karena handphoneku hilang. Aku teringat sepertinya HPku tertinggal di meja warung makan ketika kami membayar makanan di kasir. Aku minta tolong istriku untuk menghubungi tapi sudah tidak aktif, pasrah dan ikhlas kehilangan HP karena tak mungkin aku kembali ke Pekanbaru hanya untuk menanyakan ke warung makan.

Pengalaman pertama naik pesawatku ini akhirnya hanya bisa aku abadikan melalui tulisan ini. Semoga suatu saat nanti ini akan menjadi kenangan indah walaupun tanpa foto satupun.

Postingan terkait:

7 Tanggapan untuk "Pertama Kali Naik Pesawat Terbang"

  1. Saya juga belum pernah naik pesawat. Nggak papa, naik pesawat di usia 30 tahun, yang penting kan pernah. Hehe :)

    BalasHapus
  2. aku pertama naik pesawat pas umur 28, ga beda jauh lah sama 30 ya haha...
    wah sayang banget hape-nya malah hilang, padahal ada fotonya! nanti kalo naik pesawat lagi foto lagi lah, meski udah bukan yang pertama

    BalasHapus
  3. Sayang yah itu potonyaaaa. Pdhal buat kenang2 ngan

    BalasHapus
  4. wah enak nih mas Huda udah naik pesawat.. saya beluuuum haha

    BalasHapus
  5. Woow, kenangan naik pesawat pertama kalinya sangat berkesan, dalam misi mempersunting istri, sy juga pernah beberapa kali naik pesawat gratis keluar jawa pada usia yg sama.

    BalasHapus
  6. Berarti dari Batam naik speed boat ya, Mas Hud? Banyak sawit? Kayaknya itu daerah Pelalawan atau Siak. Kalau nggak salah tebak.

    BalasHapus
  7. kenangan pertamanaik pesawat yang tidak terlupakan ya mas :) barusan baca postingan Jiah eh nyasar kesini :)

    BalasHapus