Mempersiapkan Keturunan yang Shalih

Mendidik anak agar menjadi anak yang shalih dan shalihah merupakan kewajiban bagi setiap orang tua. Karena anak merupakan titipan dari Allah yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban dihadapanNya. Selain itu, salah satu amal yang bisa dibawa mati selain harta yang diinfaqkan dan ilmu yang bermanfaat adalah anak yang shalih yang mendoakan kedua orang tuanya.

Setahun setelah saya menikah dan menyandang status sebagai seorang suami, Alhamdulillah kami dikaruniai seorang anak laki-laki yang sehat dengan proses melahirkan dengan selamat. Dibantu seorang dokter spesialis kandungan di sebuah rumah sakit swasta di Kota Kudus, anak kami lahir sekitar pukul satu malam pada saat nishfu sya'ban, bertepatan dengan tanggal 22 Mei 2016. 

Menjadi seorang ayah bagi saya adalah sebuah kesiapan akan tanggung jawab dua puluh empat jam terhadap keluarga. Meskipun tentu saja masih sangat banyak kekurangan dan harus banyak belajar dari yang sudah berpengalaman. Akan tetapi ketika harus dituntut untuk mengambil keputusan, saya harus mengambil yang terbaik. Hal ini termasuk ketika setiap saat saya berdoa agar anak kami ini menjadi anak yang shaleh.

Ada beberapa hal yang perlu saya bagikan kepada calon istri dan calon suami yang semoga akan menjalani babak kehidupan rumah tangga seperti saya. Ini hanya sekedar apa yang saya ketahui dan alami, jadi sebelumnya saya mohon maaf apabila nanti tidak sesuai.

Sebelum Menikah
Ada beberapa hal yang menurut saya penting untuk dipersiapkan sebelum memutuskan untuk menikah agar menjadi keluarga yang sakinah wawaddah warahmah dan dikaruniai anak yang shalih-shalihah.

1. Jangan Main-main
Mengarungi bahtera rumah tangga tidak boleh main-main, termasuk proses mengawalinya. Mengapa ini sangat penting? Ternyata banyak orang yang main-main dengan perkara ini. Pengalaman saya sebagai guru di sekolah tingkat SMA ternyata membuat saya mengetahui bagaimana keadaan anak-anak muda di sekitar saya. Banyak yang sedang dimabuk cinta menghalalkan yang haram dan akhirnya menyesal di belakang. Padahal banyak yang berkata itu adalah cinta, ternyata bukan, itu hanyalah nafsu belaka.

Maka dalam soal cinta ini janganlah main-main, anda bisa membaca nasehat-nasehat baik dari Darwis Tere Liye dan lain-lain masalah percintaan ini.

2. Keputusan yang Tepat
Menentukan untuk memilih istri atau suami memang bukan hal yang mudah. Kita dituntut untuk mencari yang terbaik diantara yang baik-baik. Pastikan jangan sampai salah memilih istri atau suami. Rasulullah saja menyuruh kita untuk melihat empat perkara, kecantikan, kekayaan, keturunan, dan agamanya. Empat kriteria yang semuanya penting untuk dipertimbangkan, berdoa saja semoga menemukan jodoh yang empat perkara tersebut berada padanya. Masya Allah. Prinsipnya, kalau bisa dapat keempat kriteria tersebut mengapa harus memilih salah satu.

Akan tetapi kenyataan di dunia nyata kan tidak semudah pemikiran saya ini. Maka Rasulullah mengingatkan agar melihat agamanya terlebih dahulu. Saran saya, lebih baik memilih calon istri yang bisa mengaji daripada susah-susah mengajari mengaji. Untuk perempuan, cari yang siap jadi imam sholat dong ya.

3. Ridho Orang Tua adalah Utama
Ridho Allah tergantung ridhonya orang tua, begitu pula murkanya Allah berada pada murkanya orang tua. Jika kita cinta kepada seseorang mati-matian tapi tidak direstui oleh orang tua maka jangan memaksakan diri dengan kawin lari atau memaksa orang tua menikahkan kita karena ada janin dalam rahim calon istrinya. Ini fatal akibatnya, tidak hanya di dunia tapi sampai akhirat, tidak cuma kita yang menanggung tapi juga keturunan kita. 

4. Cukup dalam Segi Finansial
Berbicara masalah uang terkadang menjadi hal yang sangat sensitif, padahal ini juga merupakan hal penting ketika kita merencanakan menikah. Ingat, menikah tak cuma modal cinta saja. Setelah menikah, babak kehidupan yang baru dimulai. Kita dituntut untuk mandiri tanpa lagi bergantung kepada orang lain termasuk orang tua.

Selain kebutuhan utama, terkadang banyak sekali kebutuhan yang tak terduga mendatangi sebuah keluarga. Belum lagi kalau sudah punya anak, belum lagi jika ada anggota keluarga yang sakit. Persiapkan dengan matang segala sesuatunya.

Saya pernah menyarankan kepada siswa-siswi tingkat SMA yang saya ajar dulu, mereka saya ajak untuk mempersiapkan biaya menikah mereka masing-masing untuk sepuluh tahun ke depan. Daripada uangnya dihabiskan untuk mentraktir pacar yang belum tentu dinikahi, lebih baik ditabung untuk mas kawin nanti ketika menikah.

Demikian apa yang bisa saya berikan untuk mempersiapkan keturunan yang shalih, semoga masih diberi kesempatan untuk melanjutkan babak ketika menjalani pernikahan.

Postingan terkait:

10 Tanggapan untuk "Mempersiapkan Keturunan yang Shalih"

  1. Ridha orang tua ini yang sekarang dilupakan. Karena merasa sudah pintar dan mampu mengalami persoalan hidup. Giliran rumah tangganya susah ,baru deh ingat sama orang tua bahwa dulu tidak mendengarkan nasehatnya.

    BalasHapus
  2. Mempersiapkan keturunan itu sangat penting juga ya kang karena kalau tidak dipersiapkan akan bahaya, tapi kalau tips untuk orang yang baru pertama kali mempersiapkan rencana untuk punya keturunan itu gimana ya kang ?

    BalasHapus
  3. tulisannya enak banget dibaca mas, nasehat orang tua tentu sangat berharga bagi kita, jangan disepelekan ataupun dibantah. Karena melalui merekalah jalan hidup terasa nyaman.

    BalasHapus
  4. harapan dan keinginan orang tua pada anak memang menjadi putra dan putri yang shalih, banyak cara dan contoh dari Rasul, tinggal bagaimana kita maunya ya mang

    BalasHapus
  5. wah tulisannya mantab mas..
    enak dibaca ..
    ditunggu episode selanjutnya haha..
    *jadi ketagihan sama tulisannya

    BalasHapus
  6. bagaimana pendapat mas huda terkait poin no 1 dan 2 dengan berita anak ustad yang menikah di usia 17 tahun...?

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya malah selalu menyarankan kepada siswa-siswi yang pacaran yang sudah tidak tahan, untuk meminta dinikahkan oleh orang tuanya daripada menempuh perzinaan.

      Hapus
  7. Jgn main2, aku jg dah bosen main, mau serius aja, hwhwhw

    BalasHapus
  8. Mas mas.

    Kalau ortunya merestui, tp anaknya biasa2 aja mendingan cari yg lain atau pdkt ma anaknya?

    Haha.

    BalasHapus
  9. Wah, kelahiran anaknya beda 2 hari dengan ultah saya yang ke 20 sekian. :))
    Saya pernah direstui orangtua pacar, tapi ujung-ujungnya si pacar selingkuh. Pfftt~

    BalasHapus