Sihir Lebaran


Entah Siapakah yang memulai tradisi mudik di Indonesia ini saya pun tak tahu jawabannya. Tidak cukup hanya mudik, belanja kebutuhan lebaran dari pakaian, makanan ringan hingga tetek bengek yang lainpun juga sudah banyak dilakukan oleh orang Indonesia termasuk di daerah saya ini. Lihat saja toko-toko pakaian, atau pusat perbelanjaan, selalu ramai pengunjung. Bahkan, bisa jadi ada yang sampai gali lobang hanya untuk memenuhi kebutuhan lebaran ini. Hati-hati, bisa jadi kita sedang terkena Sihir Lebaran.


Apalagi jika kita melihat pusat perbelanjaan yang memberikan diskon abal-abal sampai 70% misalnya. Nafsu untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan pun akhirnya melonjak dan menuntut untuk mendapatkannya. Padahal prinsip mendahulukan kebutuhan dibanding dengan keinginan sebenarnya sudah tertanam kokoh dalam hati. Tapi, karena sedang tersihir itulah akhirnya merelakan kebutuhan demi keinginan yang sebenarnya sangat semu itu.

Ditambah lagi ketika Tunjangan Hari Raya (THR) sudah berada di tangan. Seolah-olah tangan ini gatal untuk menghabiskan uang tersebut dengan berbagai alasan membenarkan. Uang THR yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan bisa ludes hanya dalam beberapa jam saja untuk berbelanja kebutuhan lebaran karena tidak bisa mengontrol dan mengendalikan diri.

Saya jadi teringat dengan mercon dan kembang api. Dua benda ini juga menghiasi ketika Ramadhan dan Idul Fitri tiba. Padahal, jika kita mau berpikir dua benda ini merupakan benda yang mubadzir yang dibudayakan umat Islam. Tapi, tetap saja walaupun tidak bermanfaat tetap saja ramai dibeli dan diledakkan.

Maka, mari kita coba cermati sekali lagi apakah perayaan Idul Fitri yang kita lakukan selama ini sudah benar atau belum. Saya akan mengajak anda untuk mencermati lirik lagu Muhasabah 1 Syawal yang dinyanyikan oleh Ustadz Ananto berikut ini:

Siapa yang bilang engkau menang?
Siapa yang bilang kita menang?
Belum tentu kita menang
Bahkan mungkin kita pecundang
Jangan merasa diri suci
Jangan merasa diri tinggi
Hanya Dia yang mengerti
Siapa hamba yang muttaqin
Ramadhan taat Syawal khianat
Ramadhan berjilbab Syawal pamer aurat
Ramadhan lapar Syawal pesta-pesta
Ramadhan rajin shalat Syawal mulai maksiat
Mari menyongsong idul Fitri dengan niat tingkatkan diri
Waspadalah jangan lengah
Setan-setan terbebas lagi

Bahkan tak perlu menunggu Syawal bagi setan untuk menyihir manusia. Akhir Ramadhan seperti ini banyak sekali yang tersihir oleh syetan hanya untuk menyiapkan lebaran. Manusia sampai lupa bahwa berbagi kebahagiaan sebenarnya lebih penting dibandingkan dengan membahagiakan diri sendiri dengan keinginan nafsu yang menggebu.

Saya bahkan selalu ingat dengan puisi Malam Lebaran Karya Sitor Situmorang yang dulu waktu MTs disampaikan oleh guru Bahasa Indonesia saya. Puisi dengan isi Bulan diatas Kuburan ini selalu menjadi inspirasi saya ketika Lebaran tiba. Seolah-olah saya berada didalamnya ketika waktu itu guru saya menceritakan kisah sedih bahwa ketika malam lebaran ada orang yang sedang membutuhkan makan saat yang lain terlalu banyak sisa.

Postingan terkait:

9 Tanggapan untuk "Sihir Lebaran"

  1. Semoga lebaran menjadikan kita semakin bertambah kebaikan, ya, Mas. Aamiiin

    BalasHapus
  2. terima kasih pencerahannya Mas. alhamdulillah lebaran saya selalu sederhana.

    BalasHapus
  3. Yang bagus yaitu mencontoh teladan Rasulullah dalam merayakan Idul Fitri

    BalasHapus
  4. Wah, paling pusing kalau dengar suara petasan pas Lebaran. Kemarin kayanya non stop, sampai kepikiran, kapan mereka tidurnya, ya? Hihihi :D

    BalasHapus
  5. Minal Aidin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin

    BalasHapus
  6. minal aidzin mohon maaf lahir dan batin :)

    BalasHapus
  7. Sudah mulai beraktifitas Blogging lagi Mas Huda..

    BalasHapus
  8. Seperti aturan yang tidak tertulis...

    BalasHapus
  9. klo kembang api sih msh mending ada indah2nya... yg saya ga ngerti tuh apa sih enaknya main mercon

    BalasHapus