Ustadz Salman memasuki ruangan kelas, Alif dan kawan-kawannya hanya melongo melihat ustadz Salman membawa kayu kering dan sebilah pedang yang sudah usang. Kemudian Ustadz Salman mengeluarkan pedang tersebut dari tempatnya untuk memotong kayu yang sudah kering tersebut, Alif dan teman-temannya masih heran dengan apa yang dilakukan oleh Ustadznya tersebut. Akhirnya dengan susah payah Ustadz Salman berhasil memotong kayu kayu kering dengan pedang tumpul ditangannya tersebut. Dengan nafas terengah-engah Ustadz Salman memberikan penjelasan kepada santri didalam kelas.
"Bukan ketajaman yang paling penting, tapi kesungguhan"
Kemudian Ustadz Salman meneriakkan "Man Jadda Wajada" berulang-ulang. Walaupun sepertinya santri-santri dikelas belum paham dengan Man Jadda Wajada tapi mereka akhirnya mengikuti apa yang diucapkan oleh Ustadz Salman. Akhirnya Ustadz Salman menjelaskan bahwa orang yang bersungguh-sungguhlah yang akan menuai keberhasilan, bukan orang yang paling pandai. Disinilah letak adegan yang paling membuat saya tertegun selain pidato dari Kiyai Rais yang menjelaskan bahwa orang besar bukanlah orang yang kaya, bukanlah presiden, anggota DPR, dll tapi orang besar adalah mereka yang setelah lulus dari pondok itu kemudian mengajarkan apa yang mereka dapatkan walaupun sampai ke pelosok.
Yang saya rasakan ketika menonton Negeri 5 Menara sebenarnya saya terkagum sekali ketika adegan dari awal sampai pertengahan. Yaitu ketika proses Alif memulai masuk ke Pondok Madani sampai ketika Shohibul Menara beraktivitas di pondok. Cuma ketika bagian akhir film ini sepertinya agak membosankan karena menurut saya alurnya banyak yang terlalu dipaksakan. Seperti ketika ada Zahra ponakan Kiyai Rais yang muncul dalam film, malah hanya seperti adegan yang mubadzir saja. Semoga ini hanya penilaian saya saja karena menurut teman saya yang sudah nonton untuk kedua kalinya ternyata bagus.
Tapi memang secara keseluruhan saya suka film ini. Pesan agar kita bersungguh-sungguh itulah yang memang menjadi tujuan dari film ini dikemas secara apik. Seperti ketika Alif ingin pindah ke Bandung ketika Baso meninggalkan Pondok Madani karena harus merawat neneknya yang sudah tua dan sakit-sakitan, Alif mengirimkan surat kepada Ibundanya yang ada dirumah kemudian dibalas oleh ibunya bahwa ibunya membolehkan dengan syarat agar Dimanapun Alif sekolah yang terpenting adalah kesungguhannya. Dengan membaca surat balasan dari ibunya tersebut akhirnya Alif tersadar dan tidak jadi pindah ke Bandung.
Keluar dari bioskop ternyata Ambarrukmo Plaza sudah gelap karena memang sudah pukul 22.21. Terpaksa saya harus menuruni beratus anak tangga karena lift sudah dimatikan. Saya mengendarai motor sendirian dengan kecepatan kira-kira 80km/jam melewati kota Jogja karena takut gerbang asrama tutupnya pukul 23.00. Pengalaman mengesankan
mantra terucap
BalasHapusman jada wa jada
Datang untuk silaturahmi sob...
BalasHapusNice post!
Tapi lebih bagus lagi tajam dan bersungguh-sungguh. :)
BalasHapusPasti lebih cepat dan rapi. Hehehe...
agak kecewa waktu nonton 5 menara, karena menurut saya bagus novelnya dari filmnya..karena ceritanya loncat2
BalasHapusohhh cuplikan film ya...
BalasHapusk belum nonton
gag bisa koment lebih jauh...
wah tmbh penaasaran aja nieee, belum ntn
BalasHapusHeheh,.,, ko sama ya?
BalasHapuswah belum nonton
BalasHapusSaya juga udah nonton, komentar sobat sama persis kayak saya tentang film itu. Dari awal sampai pertengan saya suka banget. Tapi endingnya kurang suka B))
BalasHapusga baca bukunya, belum nonton pulak filmnya....hiiikz ndeso !!!
BalasHapusbelum lihat nih, bisa dicoba tonton nih....
BalasHapusUdah banyak yg mereview film ini...jadi penasaran pengen nonton......sepertinya bener2 bagus yachh
BalasHapusOmmm...kalo nonton lagi ajak2 ina yach hihihi......
BalasHapusgan pernah nonton, juga gak pernah baca.
BalasHapusand di daerah ane gak ada bioskop :)
#salamkenal,
follow saya, saya follow
wah.. alur cerita nya sangat penuh dgn pesan kehidupan..
BalasHapusKok sempat-sempatnya motret screen.. kreatif amat, hehe.. :)
BalasHapusPesan utama film itu memang bisa kita tangkap, dan bisa memberi inspirasi.. Semoga semakin banyak film semacam ini yang diproduksi di negeri ini..
Btw, Mas Huda nontonnya pas hari pertama bukan? Kalau iya, berarti kita bareng dong malam-malam itu, hehe..
Film ini bagus banget. Aku sampai nonton dua kali. Bisa di buat panutan.
BalasHapusMax... Kunjungin Blog kami ya. www.surya-java.co.cc
BalasHapusPasti saya kunjungin kembali.
Sukses mas Huda.
ada kata mehfudzoh (pepatah arab) lainnya yaitu "Man Shobaro Dzofiro" artinya barang siapa bersabar maka selamatlah ia. Kadang orang yang bersemangatpun bisa patah semangatnya di tengah jalan. Oleh karena itu kesabaran juga sangat menentukkan.
BalasHapusMas... Tukaran Link ya mas
BalasHapuswww.surya-java.co.cc
Salam buat Mas. sukses.